www.isiem.org

Mathematical model for manufacturing cell formation with fuzzy demand consideration

Rika Ampuh Hadiguna, Insannul Kamil, Taufik
Department of Industrial Engineering, Andalas University
Limau Manis, Padang

Abstract (Notification)

This paper studies a mathematical modeling for solving manufacturing cell formation problems at agriculture equipment and machinery industries (alsintan). Model use a single objective by considering product demand as fuzzy number. Applying fuzzy number for product demand because demand always fluctuation. This fluctuation admission in uncertainty condition that represented in form of fuzzy number. Model consider costs of component processing and material handling. There are two activities of material handling that is intra cell and inter cell. Number of machines that grouped and batch size have been known. Fuzzy number applied is S curve modified that effectively in various of production management area. Model that developed was applied for alsintan industry that have two product types that is hydrotiller and thresher. Model performance is analyzed with two scenario’s. First scenario is cell formation based on two product types and second scenario only applies hydrotiller having more process type. Model performance measure as comparison is minimum total cost. Model who developed in this paper would be benefit to decision taker in choosing best cell formation for implementation.

Keywords: cell formation, fuzzy demand, mathematical model, S curve modified

SMART 2008 UGM (www.smart.ft.ugm.ac.id)



Seminar on Application and Research in Industrial Technology, SMART
Yogyakarta, 27 Agustus 2008
Departemen Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik UGM

Perencanaan Pabrik Alsintan Berdasarkan Produk Utama Menggunakan Pendekatan Kriteria Majemuk

Rika Ampuh Hadiguna1, Insannul Kamil2 dan Taufik2

1Laboratorium Tata Letak Pabrik, 2Laboratorium Sistem Produksi
Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas
Kampus Limau Manis, Padang 25163

Abstrak

Tujuan dari studi ini adalah mengembangkan model-model untuk perencanaan pabrik alsintan. Pengembangan model menggunakan pengambilan keputusan kriteria majemuk. Model-model yang akan dikembangkan adalah pemilihan produk utama, penentuan tingkat kapasitas rancangan, penentuan tipe produksi dan pemilihan tipe tata letak mesin-mesin. Model yang dikembangkan menggunakan metoda AHP, sistem pakar fuzzy, matematika fuzzy dan kombinasi fuzzy-AHP-TOPSIS. Model-model yang dihasilkan sangat efektif dalam mengakomodir konflik kepentingan dari beberapa pihak yang terlibat dalam perencanaan. Aspek strategis dari perencanaan pabrik juga telah diakomodir dalam model. Pengetahuan dan pengalaman pengambil keputusan menjadi basis pengembangan model. Hasil studi ini memperlihatkan strukturisasi permasalahan yang kompleks melalui model-model yang tepat guna sesuai kebutuhan dan tujuan.

Kata kunci: pabrik alsintan, kriteria majemuk, sistem pakar, fuzzy-AHP-TOPSIS

Full Paper, Slides

Survei Praktik Manajemen Pabrik

by Zulhamidi

1. 01 173 XXX
Implementasi keilmuan TI di Dunia Kerja khususnyo di Coca-Cola, kebetulan saya kini di bagian distribusi Coke "Sales Center", bukan di Core nya ilmu TI yang kita pelajari bersama-sama. Saya akui kemampuan saya di dunia marketing sangat buruk, tapi apa yang terjadi selama saya di masa training lebih kurang 11 bulan, ternyata kemapuan kita sebagai anak TI dinilai cukup bagus untuk melakukan analisa keadaan pasar, dan mengolah data-data penjualan untuk dijadikan informasi sebagai pembantu kita dalam pengambilan keputusan dan merancang program-program marketing. Dan tools yang sering kita pelajari seperti: Pareto, Fishbone Diagram, 5W, Time Study, Line Balancing" juga ternyata bisa membantu kita yang bekerja di dunia marketing. Sekarang, saya belajar lebih banyak lagi mengenai dunia marketing dan tetek bengeknya. Tapi, bukan berarti saya lupa dengan ilmu TI, karena ilmu TI kita selalu berfungsi dimanapun kita berada.

2. 01 173 XXX
Soal implementasi keilmuan TI di ADM, saya ingin berbagi, soalnyo dulu pas kuliah saya dengar dari beberapa senior kalo didunia kerja ilmu kita tidak terpakai Tapi saya melihat semua aspek pekerjaan 90% bisa diaplikasikan keilmuan TI, tinggal sudut pandang kita melihat dan menerapkannya. Saya sekarang bekerja di Bagian Produksi ADM, lebih spesifiknya di Section Head Project And Improvement. Alhamdlillah cukup banyak ilmu TI yang dulu kita pelajari mambantu memahami pekerjaan lebih cepat. Misalnya:
1. Implementasi JIT concept untuk system supply: meliputi implementasi kanban (macam-macam kanban), time study (yang dipelajari di PSKE), Standardize Work (di TI mungkin lebih dikenal dengan work sequence), dll.
2. Implementasi metode paraktikum TLFP, memang tidak menggunakan software, tapi tahapan-tahapannya hampir sama kayak yang kita pelajari di praktikum TLFP. Tapi disini pakai metode blok layout.
3. Implementasi metode-metode prkatikum LSP, misalnya: Forecast (untuk perencanan produksi, tapi sistemnya pakai konsep Nine K), Line Balancing (untuk menentukan komposisi produksi, soalnya disini ada 69 varian dalam 1 jalur, nah cycle time masing-masing varian kan beda, jadi harus disesuaikan line balancingnya)
4. Safety dan Higiene pun juga diimplementasikan disini
5. Statistikpun dipakai untuk konfirmasi kualitas
Kesimpulannya banyak aspek dari keilmuan TI yang bisa diimplementasikan. Bahkan untuk pekerjaan sekecil apapun. It's all the matter of point of view.
Ilmu TI di development ADF yang dipraktekkan statistik dan komunikasi internasional plus administrasi tapi klo di seluruh departemen bisa dibilang banyak yaitu proses produksi, Material Requirement Planning, Procurement, Inventory, Quality Control, Design (Pattern Dan Drawing) karena development berhubungan langsung dengan produksi, MRP, purchasing dan QC

3. 01 173 XXX
Untk TI di cement manufacturing bisa masuk ke seluruh departemen, mungkin agak berat kalo ke proses atau akunting, saya sendiri bingung mau masuk departemen mana, semua bisa, tp yang jelas kita punya kelebihan di distribusi, inventory, logistik dibanding engineer yang lain.

4. 01 173 XXX
Kebetulan area kerja saya adalah Quality jadi ya ilmu TI yang diaplikasikan ilmu Quality Control plus Statistik Industri. Ini mungkin juga berlaku umum di setiap Departemen Quality di perusahaan-perusahaan lain. Salah satu contohnya adalah dalam hal pendisposisian suatu lot yang masuk ke area tersebut apakah bisa di teruskan atau tidak. Untuk itu dilakukan inspeksi dengan memakai teknik sampling (Acceptance Sampling), Misalnya suatu lot memiliki quantity 15K maka diambil sampel 315 pcs, merujuk ke AQL Table MIL STD Dengan menggunakan sampling plan, jika suatu lot di temukan non conformance/defect melebihi AQL limit maka akan menyebabkan dikeluarkannya PNC yang artinya peringatan bagi orang bagian Produksi untuk memperbaiki proses produksinya.

5. 01 173 XXX
Kalau di tempat saya kebanyakan ilmu PSKE, Sistem Produksi dan TLFP, perhitungan cycle time, kebutuhan orang dan kebutuhan mesin dan keseimbangan lintasan. Disini kami ditargetkan untuk memproduksi sejumlah produk dalam 1 jam (1 jenis produk), setelah planning menetapkan target, kami harus bisa menentukan
berapa takt time yang dibutuhkan untuk membuat 1 buah produk (1 pasang sepatu), setelah itu baru dihitung cycle timenya tiap proses dan kemudian di compare dengan takt timenya, kemudian setelah itu dari sana bisa ditentukan berapa jumlah orangnya dan berapa mesin yang dibutuhkan. Disini kita juga harus bisa menganalisa yang mana proses yang bisa digabungkan dan dilakukan oleh satu orang (untuk mengurangi jumlah tenaga kerjanya) dengan catatan lebih pendek dari takt time. Ini berhubungan juga dengan layoutnya, yang juga harus didasari oleh OPC.
1. Forecast demand produk. Seasonal forecast paling mumpuni untuk dipake.
2. Inventory, lay out dan ergonomic. Mesti bisa tetepin buffer stock, adjusment hasil produksi dengan kapasitas warehouse. Kita bisa ajukan ide tentang perombakan layout, apakah dalam hal penempatan, penambahan rak atau penambahan warehouse itu sendiri. Tentunya didahului dengan hitungan saving, cost dan ergonomi.
3. Prinsip JIT diaplikasikan di mana-mana. Walau kita produksi pake forecast, tapi jumlahnya minimum. Dan untuk kedatangan material, juga minimum. Lagi-lagi lead time berperan penting disini, dan tentunya supplier harus bisa diandalkan.
4. Penjadwalan produksi. Mesti tau kombinasi terbaik untuk minimum kitatu, minimum scrap dan optimum stock.
5. Marketing, Pengetahuan tentang sistem perusahaan yang terintegrasi, TI punya kelebihan di bidang ini. Karena sekarang costumer tidak hanya nanya hasil akhir, tapi proses yang dilalui hingga hasil akhir itu tercapai. Kita anak TI, punya dasar untuk semua proses. Kita bisa jelaskan, costumer bisa yakin.
6. Analisis Biaya untuk menentukan harga jual produk
7. Forecast Demand
8. Quality Assurance untuk menginvestigasi masalah yang ada di costumer.
9. Purchasing pakai forecast lagi tapi pendekatannya ke reliability equipment, Skill negosiasi, Quality assurance, mesti bisa baca semua statement kualitas yang menyertai produk
10. Health Safety Environment. Ini konsep tentang kenyamanan kerja. Ergonomi jadi fokus utama. Walau belum kerja di bagian itu, tapi kita bisa nyambung banget untuk diskusi dengan mereka yang ahli HSE.

6. 01 173 XXX
Saya dibagian QA engineering job, selain tabel MIL STD untuk bilangan penerimaan, juga pakai diagram yang jumlah sample nya diperketat atau diperlonggar (maaf lupa apa nama diagramnya), tapi dulu waktu kuliah sama Pak Eri beliau bilang bahwa diagram ini sulit diterapkan di perusahaan saat ini, namun kenyataannya di perusahaan high mixed-low volume (perusahaan sub-kontrak yang terima banyak order dan jumlahnya bisa dari sedikit sampai buanyak) seperti di PT X, diagram ini dipakai, dan cukup dipahami dengan baik oleh operator QC-nya, karena disini modelnya ada banyak sekali, setiap model product akan punya perlakuan masing-masing. Pada saat QC menemukan banyak reject, maka untuk lot berikutnya akan di tetapkan apakah dipertahankan atau di perketat samplingnya tergantung dari diagram tsb, bila tidak banyak reject maka QC akan follow MIL STD aja.
Berikutnya, kita biasa pakai berbagai macam metode untuk menemukan root cause suatu masalah seperti 7 tools, tapi tentu tidak diterapkan, mana yang perlu saja, seperti diagram batang, pareto (yang paling sering ditanya customer), fishbone/ishikawa diagram, 5 why analysis (yang bikin teler untuk menjawabnya) dan mind maping (nah loh perasaan ini gak ada di kuliah TI ya),
Ergonomi biasanya QA akan buat drawing (atau gambar kerja yang akan digunakan inspector untuk men-inspect) disini diperlukan display yang baik, seperti contrast dan yang lainnya dalam rangka efektif dan efisien kerja.
Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri, perlu untuk operator rakit (walau pun bukan kerjaan QA tapi pas model running biasanya urutan kerja yang salah bisa jadi salah satu root cause untuk product reject).
Satu lagi tentang istilah QA-QC. dimana QA memiliki cakupan kerja yang lebih luas (sampai level customer complain) dibandingkan QC cakupan kerjanya sampai level product.

PLANT VISITA: Belajar dari Praktisi





Proyek Penelitian Tahun 2008


Judul Penelitian: PERANCANGAN SISTEM MANUFAKTUR SELLULAR PABRIK ALSINTAN UNTUK MENUNJANG KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DI SUMATERA BARAT

Tim Peneliti:
Rika Ampuh Hadiguna, MT (Ketua)
Insannul Kamil, M.Eng (Anggota)
Taufik, MT (Anggota)


Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Penelitian Nomor: 005/SP2H/PP/DP2M/III/2008 tanggal 6 Maret 2008


Contoh 1: Kondisi Layout

Perhatikan gambar diatas, apakah layout ini sudah effisien?

Publikasi Rekayasa dan Manajemen Pabrik

Rika Ampuh Hadiguna dkk.

Evaluasi Kebutuhan Forklift pada Gudang yang Berkarakteristik Lintasan Tetap Menggunakan Pendekatan Deterministik, Jurnal Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang, 2(3), 102 – 106, 2003

Desain dan Evaluasi Sel Manufaktur Multi Kriteria, Jurnal Teknik Industri, STT Musi, Palembang, 3(1), 21–32, 2003

Sistem Manufaktur Sellular: Sebuah Tinjauan dan Survei Pustaka, Jurnal Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang, 2(4), 129–135 2003

Pemodelan Simulasi Sistem Manufaktur Berbantuan IDEF0, Jurnal Spektrum Industri, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 1(1), 31– 37, 2003

Model Penyelesaian Masalah Pemilihan Alternatif Tata Letak, Jurnal Sains dan Teknologi, STTIND, Padang, 2(2), 88–97, 2003

Pendekatan Fungsional dan Simulasi untuk Mengevaluasi Kegiatan Manufaktur, Jurnal Sains dan Teknologi, STTIND, Padang, 1(3), 25–33, 2004

Desain Formasi Sel Manufaktur dengan Mempertimbangkan Peralatan Pemindahan Bahan dan Mesin Posisi Tetap, Jurnal Sains dan Teknologi, STTIND, Padang, 2(3), 64–77, 2004

Hambatan Pengembangan Sistem Teknologi Industri Pertanian Berbasis Teknologi Baru, Jurnal Sistem Teknik Industri, USU, Medan, 4(5), 12–23, 2004

Pendekatan Pengklasteran Multi Objektif untuk Desain Sel Manufaktur, Jurnal Sistem Teknik Industri, USU, Medan, 1(6), 21–26, 2005

Evaluasi dan Review Sistem Penyimpanan Barang Suku Cadang Pabrik Semen dengan Mempertimbangkan Accessibility dan Pengelompokkan, Jurnal Sistem teknik Industri, USU, Medan, 1(6), 27–36, 2005

A Multi Criteria Approach to Designing The Cellular Manufacturing System, Jurnal Teknik Industri UK Petra, 7(1), 41–50, 2005

Pemilihan Alternatif Desain Sel Manufaktur, Jurnal STT Yuppentek, 1(2), 60–70, 2005

Optimisasi Multi Obyektif Berbantuan Simulasi dalam Sistem Manufaktur Sellular, Jurnal Sistem Teknik Industri USU, 26–33, 6(3), 2005

New Release: TATA LETAK PABRIK


TEKNIK Tata letak pabrik fokus pada pengaturan unsur-unsur fisik di sebuah fasilitas pabrik yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Permasalahan tata letak pabrik sangat menarik perhatian banyak pihak karena terkait dengan dampak strategis bagi perusahaan. Permasalahan tata letak pabrik merupakan persoalan yang kompleks, sehingga penyelesaiannya harus melalui pendekatan sistem. Dampaknya, tata letak pabrik menjadi salah satu pelajaran khas teknik industri.


Sasaran buku tata letak pabrik memang secara khusus adalah mahasiswa jurusan teknik industri. Namun demikian, buku ini dikemas sedemikian rupa sehingga dapat digunakan oleh mahasiswa teknik mesin, teknologi industri pertanian, teknik kimia, maupun jurusan yang memiliki mata kuliah manajemen operasional. Setelah mempelajari buku ini, mereka akan memiliki kompetensi dalam merancang tata letak pabrik. Proses merancang tata letak pabrik
membutuhkan pemahaman mendalam terhadap konsep, model, dan kerangka kerja. Buku ini telah tersusun secara sistematis dan terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu : pemahaman terhadap konsep dan pemahaman terhadap model-model penyelesaian masalah tata letak pabrik.


Pokok-pokok bahasan dalam buku ini adalah :
- Perencanaan Fasilitas
- Konsep Tata Letak Pabrik
- Tipe-Tipe Tata Letak Pabrik dan Pola Umum Aliran Bahan
- Pengantar Sistem Manufaktur Seluler
- Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Pabrik
- Tata Letak Tempat Kerja Mandiri
- Pendekatan Konvensional
- Metode Heuristik
- Metode Pengelompokan dalam Sistem Manufaktur Seluler
- Sistem Penyimpanan
- Tata Letak Berbantuan Komputer
- Metode Evaluasi Rancangan
- Pemindahan Bahan

Koreksi isi buku

Computer aided layout: A Preview

Perkembangan dunia komputer saat ini sangat maju terlihat dari mulai masuknya fungsi komputer ke berbagai aspek kehidupan. Diambil contoh seperti dalam penentuan tata letak. Saat ini perancang tata letak cukup dengan menggunakan komputer untuk mendapatkan tata letak perubahan dari sebelumnya ataupun membuat tata letak baru yang dapat memenuhi target produksi yang saat ini cukup berfluktuasi. Adapun program untuk membuat suatu tata letak yang telah ada sampai saat ini antara lain: CRAFT (Computerized Relative Allocation of Facilities Techniques), CORELAP (Computerized Relationship Layout Technique), COFAD (Computerized Facilities Design), ALDEP (Automated Layout Design Program), PLANET (Plant Layout and Evaluation Technique), BLOCPLAN, LOGIC (Layout Optimization with Guillotine Induced Cuts), MULTIPLE (MULTI-floor Plant Layout Evaluation), MulRow dan masih banyak lagi yang tidak diperjualbelikan. Semua jenis program tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Penjelasan selanjutnya dapat dilihat pada subbab setelah ini, namun mengingat keterbatasan perangkat lunak yang beredar di pasaran maka tidak semua program computer aided layout tersebut yang dapat dibahas.

Untuk mendapatkan suatu program komputer yang handal, maka ada beberapa kriteria yang didapatkan dari suatu seminar dan pengevaluasian beberapa model yang telah ada yaitu:
1. Keandalan.
2. Pemakaian data nyata.
3. Kemampuan untuk membobot masukan.
4. Penghilangan penilaian hasil yang subjektif.
5. Penggambaran yang lebih baik tentang pusat kegiatan.
6. Kelonggaran bagi lokasi kegiatan tetap.
7. Perhatian atas kendala-kendala bangunan.
8. Kemungkinan pemakaian tata letak beraneka tingkat.
9. Perhitungan biaya yang mengembangkan tata letak lain.
10. Penilaian ongkos yang lebih realistis.
11. Sesedikit mungkin pembatasan, untuk menjaga keluwesan.
12. Kemampuan menggali gagasan-gagasan baru dari tata letak lain.
13. Hasil cetak grafis yang lebih realistis.
14. Penghilangan penyesuaian yang dilakukan oleh manusia pada hasil cetak grafis.
15. Kemampuan menangani keterkaitan yang tidak diinginkan.
16. Kemampuan penerapan tata letak rinci, yaitu tata letak mesin dan sebagainya.

Karakteristik Pabrik yang Baik

Dalam menilai kondisi pabrik apakah baik atau tidak harus mengacu pada sebuah standar. Apabila kondisi pabrik masih memenuhi karakteristik pabrik yang baik, maka pengaturan ulang tidak diperlukan. Pabrik tidak hanya berisikan unsur-unsur fisik seperti mesin saja, tetapi sejumlah pekerja yang harus diperlakukan dengan baik. Interaksi antara mesin dan manusia bagian yang tidak terpisahkan dalam menilai sebuah karakteristik pabrik. Hal ini yang dikenal dengan sistem sosi-teknis. Aspek-aspek yang dipertimbangkan sosial dan teknik.

Pabrik harus mempunyai keterkaitan kegiatan yang terencana dengan baik. Hal ini ditujukan untuk menjamin kelancaran kegiatan proses produksi. Agar keterkaitan kegiatan terencana diperlukan pola aliran bahan yang baik. Interaksi antar kegiatan tercermin dari pergerakan bahan dari satu proses ke proses lainnya. Aliran yang baik apabila tidak melompat atau mundur, tetapi mulus lurus (straight forward). Secara praktis adakalanya harus ada trade off antara kemulusan aaliran bahan dengan investasi fasilitas. Pemilihan tipe tata letak yang sesuai sangat penting dalam hal ini. Aliran yang lurus adalah tujuan yang ingin dicapai dari sebuah pergerakan barang atau pekerja. Diharapkan aliran barang atau pekerja lebih efisien. Selain itu, pergerakan yang lurus akan mengurangi potensi resiko kerusakan dan memperpendek jarak perpindahan. Kendala yang harus diperhatikan adalah ketersediaan ruang.

Langkah balik (backtrack) dalam kegiatan pabrik harus minimum. Langkah balik berpotensi menimbulkan benturan yang bisa merusak barang. Kegiatan pemindahan bahan sangat terganggu bila langkah balik tidak minimum. Namun demikian, hal ini kadang sulit dihindari karena pabrik harus bisa menunjang strategi bisnis perusahaan yang dinamis. Penambahan produk baru bisa memicu meningkatnya langkah balik. Manajer pabrik boleh menambah jalur aliran barang yang diharapkan meningkatkan fleksibilitas. Perencanaan gang punya peran strategis untuk mengurangi resiko adanya langkah balik. Gang merupakan luas lantai yang disediakan untuk perpindahan bahan. Perencanaan gang merupakan bagian dari perencanaan kebutuhan luas lantai. Gang yang lurus diharapkan dapat mempermudah kelancaran aliran bahan.

Perpindahan bahan atau barang adalah waste namun tidak bisa dihindarkan. Agar minimum dapat dicapai dengan cara menggabungkan operasi penyelesaian produk bisa minimum. Pemilihan peralatan pemindahan bahan juga sangat menentukan efektivitas dan efisiensi. Metoda pemindahan yang terencana juga akan menjaga kualitas bahan yang dipindahkan. Pemrosesan digabung dengan pemindahan bahan bisa meminimisasi waktu produksi. Pemindahan mengalir dari penerimaan menuju pengiriman. Awal pergerakan bahan adalah gudang bahan baku dan berakhir di gudang produk jadi. Operasi pertama sebaiknya dekat dengan penerimaan. Tujuannya untuk menghemat pemakaian ruang dan memperpendek jarak perpindahan bahan. Demikian juga dengan operasi terakhir dekat dengan pengiriman. Penyimpanan pada tempat pemakaian jika mungkin. Bahan yang akan diproses disimpan pada area kerja dimaksudkan untuk kemudahan proses dan memperpendek waktu produksi. Kunci utama dari aliran bahan ini diukur dari jarak perpindahan yang minimum. Kriteria total jarak perpindahan umum digunakan dalam perancangan tata letak. Total jarak merepresentasikan biaya pemindahan dan keteraturan aliran bahan.

Fleksibilitas juga perlu diperhatikan di sebuah pabrik. Apabila terjadi perubahan volume produksi atau penambahan tipe produk diharapkan pabrik masih mampu bekerja dengan baik. Mampu mengakomodir rencana perluasan dimasa datang yang disebabkan penambahan jumlah mesin lama atau baru. Penumpukan bahan atau barang disepanjang lintasan produksi perlu dihindari untuk bisa meningkatkan fleksibilitas pabrik. Pemakaian seluruh lantai pabrik juga perlu dimaksimumkan. Seluruh luas lantai yang ada di pabrik harus dimanfaatkan dengan maksimal. Bila masih tersisa luas lantai harus sesuai dengan kebutuhan masa datang bagi pabrik. Barang yang telah selesai harus disimpan pada fasilitas penyimpanan yang baik. Disamping itu, diperlukan juga penyediaan ruang yang cukup sebagai kelonggaran antar mesin. Kedekatan antar stasiun kerja diharapkan tidak saling mengganggu kelancaran kegiatan produksi.

Fungsi pelayanan bagi para pekerja harus mencukupi. Misalnya kantin, tempat sholat, toilet, kamar ganti, klinik dan lainnya. Kenyaman pekerja merupakan faktor penting untuk peningkatan produktivitas. Pengendalian kebisingan, kotoran, debu, asap, kelembaban dan lainnya harus layak. Kesehatan kerja bagi para pekerja merupakan faktor penting dalam produktivitas. Hal ini yang dikenal dengan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.

Tata Letak Pabrik


Tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari unsur-unsur fisik yang diatur mengikuti aturan atau logika tertentu. Tata letak fasilitas merupakan bagiand ari perancangan fasilitas yang lebih fokus pada pengaturan unsur-unsur fisik. Unsur-unsur fisik yang dimaksud dapat berupa mesin, peralatan, meja, bangunan dans sebagainya. Aturan atau logika pengaturan dapat berupa ketetapan fungsi tujuan misalnya saja total jarak atau total biaya perpindahan bahan.


Dalam merancang tata letak fasilitas manufaktur atau tata letak pabrik, maka unsur-unsur fisik yang perlu diperhatikan adalah mesin, peralatan, operator dan mateial. Umumnya, fungsi tujuannya adalah total biaya perpindahan yang minimum. Hal ini dicapai melalui pengaturan mesin-mesin dan peralatan sedemikian sehingga jaraknya tidak jauh tanpa melanggar kaidah-kaidah ergonomis. Perancangan tata letak fasilitas manufaktur cukup kompleks sehingga membutuhkan pendekatan multi disiplin.


Tata letak fasilitas manufaktur memiliki tipe-tipe dasar tata letak yang akan dibahas secara rinci pada bagian berikutnya. Tipe-tipe tata letak adalah tata letak produk, tata letak proses, tata letak posisi tetap dan tata letak sellular. Tipe-tipe tata letak ini sangat diperlukan dalam merancang tata letak yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang telah ditetapkan. Pemilihan tipe tata letak ini biasanya dilakukan dengan menganalisis jumlah produksi dan jumlah ragam produk yang akan dihasilkan. Cukup banyak metoda yang telah dikembangkan untuk merancang tata letak fasilitas manufaktur, mulai pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Perangkat lunak untuk membantu perancang juga telah banyak dikembangkan yang selanjutnya dikenal dengan istilah computer aided layout (tata letak berbantuan komputer).

Rekayasa dan Manajemen Pabrik


Istilah rekayasa selalu berkaitan dengan profesi para insinyur. Menurut The Engineers' Council for Professional Development (ECPD) definsi rekayasa (Engineering) adalah "The creative application of scientific principles to design or develop structures, machines, apparatus, or manufacturing processes, or works utilizing them singly or in combination; or to construct or operate the same with full cognizance of their design; or to forecast their behavior under specific operating conditions; all as respects an intended function, economics of operation and safety to life and property."

Jadi, rekayasa akan berhubungan dengan desain, analysis dan/atau konstruksi kerja-kerja praktis. Cara kerja yang dilakukan para rekayasawan adalah proses kreatif. Secara umum, pengertian rekayasa pabrik adalah proses kreatif mendesain, memperbaiki dan menganalisis elemen-elemen yang ada didalam pabrik.

Istilah manajemen akan berhubungan dengan kegiatan proses perencanaan, pengendalian, pengorganisasian dan pengarahan. Manajemen pabrik adalah proses mengelola komponen-komponen didalam pabrik yang berhubungan dengan interaksi antara pekerja dengan sesama pekerja dan pekerja dengan unsur-unsusr sistem teknis. Berdasarkan definisi diatas, maka pengertian rekayasa dan manajemen pabrik adalah proses kreatif secara terintegrasi rangkaian kegiatan yang ada didalam pabrik sehingga dapat berjalan dengan efisien dan efektif.

Pentingnya Pabrik

Dalam industri manufaktur, keberadaan pabrik merupakan kunci penentu kemampuan daya saing perusahaan. Seluruh konsep, rencana dan umpan balik yang diperoleh akan ditransformasi didalam pabrik. Pabrik merupakan elemen dari perusahaan yang menterjemahkan seluruh kebutuhan manajemen untuk bisa menjawab permintaan pasar.
Pabrik adalah kumpulan bahan, mesin, peralatan dan pekerja yang dirangkai oleh pengorganisasian kegiatan secara teratur untuk memproduksi barang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan pada tingkat biaya yang wajar. Para manajer pabrik adalah engineer yang bukan saja harus memiliki kemampuan teknis tetapi juga manajerial. Sebab, kemampuan teknis hanya bisa digunakan untuk pengelolaan masalah-masalah yang timbul dari bahan, mesin, peralatan dan produk saja. Sementara itu, keberadaan pekerja sebagai faktor yang menentukan perlu dikelola dengan seni manajerial.
Kompleksitas permasalahan didalam pabrik tidak bisa diselesaikan secara parsial dan intuitif. Umumnya, para manajer pabrik sangat mengandalkan pengalaman dan intuisi saja dalam menghadapi masalah-masalah operasional, taktis dan strategis. Waktu yang terbatas dan tekanan keadaan mendorong cara pikir manajer untuk bertindak mengandalkan intuisinya. Padahal keterlibatan elemen-elemen pembentuk pabrik harus dipandang sebagai sebuah sistem sehingga masalah yang muncul harus diselesaikan dengan prinsip-prinsip pendekatan sistem. Gambar dibawah ini dapat mengilustrasikan perlunya perhatian dari para manajer pabrik untuk memandang pabri sebagai sistem sosial-teknis.
Bahan, mesin, peralatan dan produk didalam pabrik pada dasarnya adalah obyek bagi para pekerja. Demikian sebaliknya bagi para manajer, baik bahan, mesin, peralatan, produk dan pekerja seolah-olah sebagai obyek yang akan dikelola. Agar tercipta integrasi yang efisien dan efektif, maka pabrik patut dipandang sebagai sistem sosial teknis. Sistem teknis terdiri dari mesin, peralatan, bahan baku, produk yang dirangkai menjadi rencana-rencanan produksi. Sistem sosial terdiri dari para pekerja disetiap unit kerja yang akan merealisasikan rencana-rencana teknis yang telah disusun.